![]() |
Lokakarya " Selamatkan Bumi, Lestarikan Hutan" |
Dalam memperingati Hari Bumi tahun 2018, Lokakarya bertemakan “Selamatkan Bumi, Lestarikan Hutan” digelar oleh Sentra Penyuluhan Kehutanan Pedesaan (SPKP) Lestari Manding bersama DPD IPKINDO Sumenep pada hari Kamis (26/4/2018) di POSLUHUTDES Manding. Lokakarya ini diikuti oleh perwakilan KTH se – Kecamatan Manding, perangkat desa, penggiat lingkungan, dan narasumber dari UPT PHW IX Sampang serta Organization for Industrial and Cultural Advancement (OISCA Madura). Lokakarya ini diselenggarakan dengan tujuan menumbuhkan kepedulian dan kesadaran untuk melestarikan lingkungan dan juga memperluas kemitraan pelaku utama dan pelaku usaha dengan penggiat lingkungan.
Lokakarya ini dibuka oleh sambutan Kepala Tata
Usaha UPT PHW IX mewakili Kepala UPT PHW IX Sampang. Dalam sambutannya beliau
mengungkapkan apresiasi terhadap insiatif SPKP Lestari Manding dalam mengadakan
lokakarya ini dan mengharapkan adanya aksi nyata selanjutnya untuk
masyarakat.”setelah pembukaan acara dilanjutkan dengan penyematan Kartu PKSM
dan pemberian bibit sirsak kepada 2 PKSM Manding, Abd. Rahman dan Dawi.
Terdapat sekitar 1.000 Ha hutan rakyat di
Kecamatan Manding yang perlu mendapat perhatian dari semua pihak utamanya
pemerintah, sebab dengan adanya sinergi antara pemerintah dan masyarakat akan
menciptakan pembangunan hutan yang optimal. Ketua SPKP Lestari Manding yang
juga merupakan Juara I Lomba Penyuluh Kehutanan Swadaya Masyarakat (PKSM)
Tingkat Provinsi Tahun 2012, Abd. Rahman, memaparkan bahwa masyarakat memiliki
kewajiban menjaga, dan melindungi, serta mengetahui bahwa hutan Indonesia
menjadi paru-paru dunia, maka masyarakat juga dituntut aktif menjaga
lingkungan. “Melalui lokakarya ini, masyarakat diajak sadar dan meningkatkan kepeduliannya
terhadap kelestarian ekosistem hutan” tambahnya.
Narasumber pertama, Kasi Rehabilitasi, Konservasi
dan Pemberdayaan Masyarakat (RKPM) UPT PHW IX Sampang, menekankan tentang
memahami pentingnya fungsi hutan bagi kehidupan. Hutan memiliki manfaat dari
berbagai dimensi berupa nilai terhitung (tangible value) dan tak
terhitung (intangible value). Pendekatan pentingnya hutan perlu
menggunakan ilustrasi yang mudah dimengerti oleh pola pikir masyarakat. Hal
inilah yang menjadi tantangan penyuluh kehutanan sebagai agent of change dalam
melakukan pendekatan hutan lestari dan masyarakat sejahtera. Meningkatnya
peran masyarakat dalam mengelola dan mengambil manfaat dari keberadaan hutan
secara lestari akan melahirkan rasa memiliki (sense of belonging).
Sumaryanto (Koordinator OISCA Madura) sebagai
narasumber kedua memaparkan tentang kiprah OISCA, organisasi international
nirlaba yang berpusat di Jepang, dalam pendampingan masyarakat. Kegiatan OISCA
di Indonesia meliputi 2 hal yaitu Pendidikan Pelatihan serta Lingkungan Hidup.
OISCA memiliki 6 (enam) training center dalam menyokong program pendidikan dan
pelatihan di Indonesia. Pelatihan diperuntukan bagi kalangan muda dari berbagai
daerah dengan materi pelatihan meliputi Pertanian Alami dan Organik, Pembuatan
Pupuk Organik, Peternakan, Permeubelan, Agroforestry, hingga
Pemberdayaan Perempuan.
Sedangkan program lingkungan hidup yang
dilaksanakan OISCA ialah CFP (Children Forest Program) dan PFP (People
Forest Program) yaitu penghijauan bersama masyarakat. Di Wilayah Madura,
khususnya Kabupaten Sumenep, OISCA terus melakukan kerjasama dan bantuan dengan
berbagai lembaga dengan mengusung misi peduli lingkungan hidup.
Sumaryanto mengungkapkan, lembaganya memberikan bantuan berupa bibit
tanaman, tandon air, gedung kelas, dan buku agenda pada sejumlah sekolah di
Kabupaten Sumenep dengan harapan di setiap sekolah nantinya akan ada Pendidikan
Lingkungan Hidup (PLH). Kedepannya, OISCA akan mencoba melibatkan SPKP Lestari
dalam program kegiatan CFP di Kecamatan Manding.
Diterbitkan oleh : Nur Fadhilah Syahrawi, S.Hut
0 komentar:
Posting Komentar